Efektifkah ujian nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia


Salam hangat buat para pengunjung, kali ini saya mencoba menganjak sejenak para pengunjung untuk mengulas dalam upaya meningkat generasi muda di Indonesia dan harapan saya dengan postingan ini bisa membuat perubahan pada polak pikir generasi muda, pada kali ini saya akan membahasa tentang Ujian Nasional dengan tema “Efektifkah ujian nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia”.

Ujian Nasional adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara nasional. Maknas ujian nasional pada awalnya dalah sebagai langkah untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di setiap wilayah negeri ini. Dengan pelaksanaan ujian nasional diharapkan dapat dipetakan tingkay kemampuan sekolah sehingga dapat menetukan skala prioritas penanganan proses pendidikan.

Tetapi pada kelanjutannya, pengertian atau makna ujian nasional mengalami perubahan orientasi sehingga dijadikan sebagai salah satu, bahkan satu-satunya penentu keberhasilan atau kelulusan anak didik. Dengan memasang satu angka khusus sebagai batas minimal kelulusan.

Nah, dari deskripsi di atas saya mengajukan pertanyaan singkat;

·   Akankah mutu pendidikan di seluruh wilayah Indonsia sudah setara setara ?
·    Efektifkah Ujian Nasional sebagai penentu keberhasilan pendidikan di negeri ini ?


Silahkan para sahabat blog menjawab sendiri dan mengekspresikan pertanyaan singkat saya ini.

Sumber Daya Manusia yang Tidak Sama Kualitasnya
Negeri ini terdiri atas pulau-pulau yang tersebar dari ujung barat, pulau We, sampai ujung timur, Merauke. Dan, pada setiap pulau ditempatkan suku-suku dengan kondisi dan pola kehidupan yang berbeda. Perbedaan tersebut pada akhirnya sangat memperngaruhi tingkat kemampuan penduduknya.
Anak bangsa kita tersebar di segala penjuru dengan tingkat dan pola kehidupan yang berbeda. Ada yang hidup di perkotaan, ada yang di pedesaan, bahkan ada yang hidup di hutan-hutan atau daerah terisolir.

Nah, dengan kondisi ini, maka tingkat pemahaman atas makna ujian nasional juga berbeda. Dan, yang lebih lagi, dengan pola pendidikan dan pembelajaran yang diselengarakan di daerah sangat berbeda hasilnya sebab SDMnya berbeda.

Jika di kota, SDM-nya adalah orang-orang berkualiatas yang mempunyai pola piki sudah maju ke depan. Di desa, SDM-nya sedikit lumayan, walaupun kehidupannya sederhan, tetapi pola pikir mereka sudah memperhitungkan kemajuan bagi diri dan masyrakatnya.

Problamatika dalam Ujian Nasional
Pengertian atau makna dari Ujian Nasional yang diharapkan pemerintah sebagai institusi yang memikul tanggung jawab akan pendidikan di dalam negeri memang tak selama dapat tercapai dengan maksimal. Namun sebaliknya dalam penerapannya di lingkungan sekolah justru ujian nasional ini menjari suatu hal yang sangat ditakuti baik oleh pihak guru sendiri terlebih lagi bagi pihak siswa kita.

Ujian nasional adalah penentu nasib dari para siswa sekolah menengah dan menengah ke atas. Ujian nasional ini akan menentukan tingkat keberhasilan dari tiga tahun masa mereka mendalami pengetahuan di bangku sekolah.

Hal inilah yang kemudian menimbulkan polemik dalam masyarakt. Banyak pertanyaan dan presepsi yang dating, mengapa masa tiga tahun siswa belajar hanya di tentukan oleh masa tiga hari mereka menjalanin ujian nasional ?

Nah dari hasil uraian saya di atas, akankan Ujian nasional mampu meningkat mutu pendidikan di negeri ini dan berapa persen setiap tahunnya Ujian Nasional menujang mutu keberhasilan pendidikan di negeri ini ? dari hasil tinjau di lapangan bertolak belakang dengan makna yang sebenarnya di balik Ujian Nasional,, ratusan bahkan ribuan peserta didik mengalami kegagalan, timbulnya masalah dalam penyiapan Bahan Ujian Nasional, Bahkan timbulnya transaksi jual  beli materi Ujian Nasional. Mari kita tinjau pola pikir dan pendidikan  di kanca internasional.

 5 Negara Maju Tanpa Ujian Nasiona


1. Finlandia
 
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.



2. Amerika

 
Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..


Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).

Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.



3. Jerman


 
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.

Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.

Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.



4. Kanada
 
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara itu. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.

Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.



5. Australia
 
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.

Demikian postingan ini, semoga berguna buat para pengunjung blogger, semoga ujian nasional tahun 2013 mengalami keberhisalan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
-salam blogger.

No comments:

Post a Comment